PUISI HELVI TIANA ROSA

Semuanya macet di Jakarta, kecuali kenangan tentang kita ...:D

Aku telah membuka semua pintu dan melepas merpati-merpati itu pergi. Tanpa pesan, tanpa persinggahan. Melintasi taman paling rindu tempat kau bunuh kenangan kita berkali-kali. Dan sungguh aku tak akan pernah memberinya denyut nadi lagi agar hidup kembali, seperti tokoh-tokoh kartun, yang dulu kau tonton di televisi....(Novel Baru #8 Gelas Puisi)

• merpati selalu ingat tempat dimana awal ia menjejak kaki untuk terbang, bersama segenap semangat dan mimpi dalam kepakannya

•  Dan sungguh,aq takkan pernah memberinya denyut nadi lagi agar hidup kembali..Seperti juga kau..Aq pun belajar tak lagi berharap.. agar kata tak lagi mencipta luka yg mengukir sayatan yg takkan hilang oleh masa. 

•  Telah kulepas merpati itu pergi menyongsong matahari... Namun ia masih jua bertahta mewarnai hari-hari...Lalu denyut rindu pun tak sanggup kubenahi. 

 

Rendah hati itu menghadirkan pendar sempurna yang tak pudar saat kau beranjak pergi. Mereka akan membingkainya :)

Tak mungkin ada cinta yang bertahan tanpa interaksi, yang tegar tanpa interupsi.

Ketulusan adalah bahasa sejati bagi kecantikan :) #wanita

Apapun yang terjadi, Cinta. Semangat pagiii! :)

Merindukan bulan yang selalu karam di matamu,
aroma pinus dari hutan kenangan
yang kau tanam
di tubuhku
....

KEPADAMU

ketika bahasa tak lagi percaya pada kata
apakah yang masih bisa kita ucap?
: cinta

ketika wajahmu tak lagi menampakkan
kening, mata, hidung dan mulut
apakah yang masih bisa kukecup?
: doa

“Kalam”

Oleh: Bunda Helvy Tiana Rosa

Kalam Manusia kalam kita
Sering sekali cuma debu di piranti waktu
Terkadang hanya jadi sajak kurus
Yang mengendap di kantong pilu
Atau menjelma merpati
Terbang telusuri angkasa
Hinggap di pokok-pokok
……………………………
…………………………….
Kalam mulia, kalam Allah
Kalam langit dan bumi
Diturunkan dari gemilang arsy, lauhul mahfuz
Keabadian yang mengatur segala
Bunga kata yang tak pernah berubah
Dengannya pelangi berwarna
…………………….
……………………….